Kamis, September 20, 2007

Jampi stress

Sering kita jumpai orang yg stress berat karena menanggung problem hidupnya, padahal Alloh tak mungkin akan memberi cobaan melebihi kemampuan hambanya. Sebenarnya inti masalah stress karena penerima cobaan kurang cakap dalam mengelola kecerdasan emosi dan spiritualnya, sehingga intelektualnya seakan mentok untuk mengurai dan memecahkan masalah tanpa mampu mengambil hikmah.
Kata ahli meditasi, menusia stress karena berusaha menahan atau bahkan menentang arus kehidupan yang seharusnya dijalani dengan alami seperti mengikuti arus sungai. Klo kata ahli ESQ, stress karena dia gagal menemukan Godspot dlm dirinya sehingga arah resolusi problemnya hanya berdasar akal semata. Kata ahli sexsologi, strees terkait dengan kualitas aktifitas seksual yang kurang optimal. Kata ahli psikologi: bla,bla, bla.. (okeh sing dijelaske marai aq mumet tur lali).
Menurut gw, ada 2 hal utama agar seseorang lebih mudah mengatasi problem hidup, yaitu dengan meletakkan sedekah dan silaturohmi sebagai kunci awalnya. Point ttg sdekah gak gw ulas lbh lanjut dsini karena elu dpt denger aj dari Ustadz Yusuf Mansyur di cramah2nya. Klo point ttg silaturohmi ini mnrt gw penting untuk membantu kita cakap "bermain" perspektif dlm memahami/memetakan suatu masalah, melihat peluang solusinya, menemukan step2 penanganan, dan mengambil hikmah atas smua yg tjd.
Kebenaran dlm pemikiran orang sering terhijap egonya sehingga dia hanya berpikir dg single perspektif untuk skedar pembenaran atas prinsipnya, skaligus menyalahkan orang lain. Umumnya konflik tjd karena pola pikir "saya benar, kamu salah". Dengan silaturohmi ke orang lain maka tak jarang kita seakan "mendengar suara Tuhan di balik suara kawan". Ini mirip dengan konsep ttg demokrasinya Prof. Damarjati, yaitu "mendengar suara Tuhan di balik suara rakyat". Gw udah buktikan sendiri klo saat ada problem tertentu dan gw berkomunikasi dg kawan, tak jarang ap yg tidak sengaja kami obrolkan merupakan jawaban atas problem tsb, bahkan, sebelum gw crita ttg problem tsb. Anehnya, kadang justru gw sendiri yang mengucapkan ksimpulan ide ato saran ttg solusi2nya. Memang, dg bercerita ke orang lain untuk minta pendapat atau nasehat ttg suatu masalah dpt membantu melegakan dan menemukan jawaban atas suatu problem, tapi liat-liat dulu prolemnya apa dan siapa yang kita ajak bicara. Ttg 2 hal ini hrs ati2 agar masalah pribadi kita gak diwartaberitakan ke orang yg gak berkepentingan, selain itu orang yang kita ajak tukar pikiran jgn yg model kutukupret, tapi sebaiknya yang berilmu, terutama ilmu ttg agama. Dengan bersilaturohmi, masalah insylh dapat terurai dengan adanya masukan pemikiran dengan beberapa perspektif. Singkatnya, kita dapat membuka 2 wacana baru bahwa "Saya mungkin benar tapi juga mungkin ada salahnya, dia juga mungkin salah tapi juga mungkin ada benarnya" dan "semua PASTI ada hikmahnya".

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Urip wis susah, rausah ditambahi susah meneh.....mbayu mili ae Gus.