Senin, Agustus 27, 2007

Mata lelaki

Dititipi mata yang normal adalah sebuah karunia skaligus ujian yang gak mudah, terutama saat berada di lingkungan yang menawarkan santapan pemandangan syahwati. Sebagai cowok normal yang kadar kesolehannya masih minim tentu insting "radar nakal" lelakiku bekerja dengan optimal, bgitu ada cewek yg "sedekah aurot" tentu secara otomatis "radarku" menggerakan mataku menuju TKP secepat kilat. Istighfar emang selalu terucap, tapi sayangnya saat proses memori telah terjadi dan sulit terhapus. Yaa, mo gmana lagi, semoga ada ampunan buatku. Klo mo menyalahkan mereka yang kurang bisa mnutup aurot rasanya kurang berhak krn tubuh mereka adalah hak mereka. Kemampuan dlm berdakwah jg masih sangat minim. Di satu sisi aku saat itu sdikit terhibur dengan pemandangan seperti itu, tapi di sisi lain sebenarnya hiburan itu angat menyiksa setelahnya karena aku gak ada penyaluran yang halal. Dengan kenyataan ini aku jadi agak males pergi ke tempat yang berpeluang ada pemandangan indah seperti itu. Tapi terkadang juga dengan adanya pemandangan seperti itu aku jadi lebih berniat untuk meningkatkan ketakwaanku karena sadar bahwa saat itu aku masih sangat2 lemah dlm menjaga pandangan. Saat pikiran suntuk dan ingin meningkatkan iman, aku malah sengaja puter2 kota, represing ke mall dsb, dengan banyaknya tantangan mata aku justru lebih banyak mengucap istighfar drpd saat tidak ada tantangan. Sesampainya di rumah aku bisa intropeksi bahwa di dunia ada kenikmatan yang luar biasa namun bagi orang yang berjuang untuk mengikuti syariatNya maka kenikmatan itu dapat menjadi ladang amal jika pengelolaanya benar. Semoga mata ini terbantu dg makin banyaknya orang yang sadar akan arti penting mnutup aurot.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

jujur lo ini,pas baca senyum2 sendiri,usai baca ucapin amin dlm hati :)

bener banget mas,adanya tantangan membuat kita tau seberapa tingkat kualitas keimanan kita :)